KEPALA IKAN

sebuah renungan bagi pasutri

KotaSantri.com Alkisah pada suatu hari, diadakan
sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan
sepasang kakek-nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh
keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta
kerabat dekat dan kenalan. Pasangan kakek-nenek ini
dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh
siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka
perang mulut.

Singkat kata mereka telah mengarungi bahtera
pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang.
Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa
dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi.
Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga
yang sangat ideal.

Disela-sela acara makan malam yang telah tersedia,
pasangan yang merayakan peringatan ulang tahun
pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat
romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan
yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran
pasangan tersebut. Sang kakek pun, pertama kali
melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan dan
memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil
sisa ikan tersebut untuknya sendiri.

Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu
bercampur kecewa dan heran. Akhirnya sang nenek
berkata kepada sang kakek : "Suamiku, kita telah
melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika
engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan
untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala
kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu
walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau
pas- pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku
sangat mencintaimu.

Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan
keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan,
engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang
sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap
menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku
tersebut karena aku ingin membahagiakanmu.

Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang
sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarang
pun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku
hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku.
Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini."

Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya
mendengarkan penuturan sang nenek. Akhirnya, sang
kakek pun menjawab : "Istriku, ketika engkau
memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia
dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu
dengan memberikan yang terbaik untukmu.

Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan
yang sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan
hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin
memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah
denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan
kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa
menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena
banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku."

Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis.
Mereka pun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan
ini didengar oleh sebagian undangan yang hadir
sehingga akhirnya mereka pun ikut terharu.

***

Kadang kala kita terkejut mendengar atau mengalami
sendiri suatu hubungan yang sudah berjalan cukup lama
dan tidak mengalami masalah yang berarti, kandas di
tengah-tengah karena hal yang sepele, seperti masalah
pada cerita di atas.

Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya
hubungan tersebut, melainkan terletak sejauh mana kita
mengenali pasangan kita masing- masing. Hal itu dapat
dilakukan dengan komunikasi yang dilandasi dengan
keterbukaan. Oleh karena itu, mulailah kita membina
hubungan kita berlandaskan pada kejujuran, keterbukaan
dan saling menghargai satu sama lain.

0 comments:


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.