Pertolongannya selalu tepat

Tak tega melihat Nenny, dengan penuh ketulusan Ria
Rahamis(44) merelakan satu-satunya selembar uang yang
ia punyai. Sehari kemudian, Tuhan melipatgandakan

KEDATANGAN NENNY
“Mama, tolong sayakah? Mama tolongkah? Suami saya
kasih pegang Rp10.000 trus uang itu hilang. Saya takut
nanti suami akan bunuh saya. Saya harus ganti. Harus
ada uang Rp10.000 di tangan saya. Mama kasih
pinjamkah? Saya akan ganti Rabu besok. Bagaimanakah?”
wajah Nenny ketakutan. Perempuan asli Papua itu
memandangku penuh harap dapat menolongnya. Kata-kata
dan tubuh Nenny gemetar. Sungguh-sungguh ketakutan.
Aku kaget mendengar jumlah Rp10.000 yang akan ia
pinjam dariku. Bagaimana tidak, saat itu kami hanya
punya selembar uang Rp10.000. Jumlah yang diminta
Nenny.

Kusampaikan pada Aby suamiku ‘kondisi genting’ itu.
“Masuk kamar dan berdoa. Kalau sejahtera ya silakan
kasih saja,” saran Aby tenang. Kulakukan anjurannya.
Setelah berdoa aku tak dapat menahan lembaran uang
Rp10.000 di tanganku. Kupanggil Nenny yang
menungguku. Kuserahkan uang itu. Wajah Nenny senang.
“Bawa­lah uang ini, jangan pikir ganti. Ini bukan
pinjaman. Uang ini untukmu,” kataku. Nenny tersenyum,
“Mama terima kasih,” Nenny pamit dengan gembira.

PERTOLONGAN DATANG
Sehari setelah kejadian ‘Nenny’ sebuah mobil berhenti
di depan rumah kami. Seorang pria keluar menemuiku.
“Ibu, Bapak ada?” Kupanggil suamiku yang berada di
dalam. O, ternyata dia adalah supir Bp. Setiono Hadi,
ketua DPRD di Papua. “Ada titipan dari Bapak” itulah
yang kudengar darinya.

Pak supir tadi pun ke mobil. Mengambil titipan Pak
Setiono. Sekarung beras 50 kg. Hah? Aku terperanjat.
“Oh Tuhan, Engkau dengar kami,” kataku dalam hati.
Setelah meletakkan beras, ia balik ke mobil dan
kembali lagi membawa 1 jerigen minyak goreng dan gula
pasir 5 kg. Terakhir kali sebelum pamit pulang, ia
mengeluarkan sebuah amplop, “Dari Bapak,” katanya.
Kupandangi beras, minyak, dan gula. Oh, Tuhan Engkau
sangat memperhatikan hidup kami. Kau tak pernah
membiarkan kami lapar! Aby mengajakku masuk kamar,
berdoa. Bersyukur untuk kebaikan Tuhan. Bersyukur bagi
apa yang kami alami hari itu. Aby membuka amplop, uang
Rp 500.000! Suamiku menelepon Pak Setiono, berterima
kasih padanya. Perhatiannya itu bukanlah yang pertama
kali, bukan juga yang terakhir. Pak Setiono yang kami
kenal adalah seorang pejabat tapi juga punya hati
misi. Ia sangat memberi perhatian bagi pekerjaan
Tuhan. Ia punya hati bagi Yesus. Kudengar ia peduli
dengan hamba-hamba Tuhan yang melayani di Papua.
Peristiwa-peristiwa “keajaiban” seperti itu kerap
terjadi dalam hidup pelayanan kami. Hal-hal yang tak
terbayangkan, hal-hal yang tak terpikirkan dilakukan
Tuhan. Tuhan selalu punya cara-Nya sendiri untuk
menolong. Kami terus belajar hidup. Beriman. Hidup
mengandalkan Tuhan.



AJARAN TUHAN
Setelah sama-sama lulus dari STT III Batu Malang, aku
dan Aby menikah. Kami punya ‘hati yang sama’ untuk
melayani suku-suku yang terabaikan. Melewati proses
yang berliku 1996 kami melayani di suku Yefta, di
Papua, suku yang masuk daftar 14 suku terasing. Tugas
Pak Setiono telah berakhir di Papua. Namun kami terus
mengingat kebaikannya. Aku percaya begitu banyak
hamba-hamba Tuhan di Papua juga tak melupakan
kasihnya. Berkatilah Pak Setiono, Tuhan. Berkatilah
siapa pun orang yang telah mengulurkan tangan bagi
pekerjaan-Mu.

Lewat semua peristiwa yang aku alami mengajarkan
banyak hal. Tuhan bisa pakai siapa saja untuk menolong
kita. Begitupula sebaliknya Tuhan bisa memakai tangan
kita untuk terulur bagi siapa pun. Tuhan mengajarkan
­untuk tidak menunda apa pun yang harus kuserahkan
bagi orang lain.

Kepada ketiga anak kami, Gabriel, Solagratia dan
Talitakum, kami selalu menceritakan kebaikan Tuhan.
Mereka pun telah melihat, betapa besarnya Allah yang
mereka percayai

(Niken Maria Simarmata)

0 comments:


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.